Telah kita ketahui bahwa, semua umat
islam diwajibkan untuk belajar, baik itu yang ikhwan (laki-laki) ataupun yang
akhwat (perempuan). Seperti yng telah ditegaskan Al-Quran dalam surat Al-Alaq
ayat pertama ataupun dalam As-Sunnah. Dalam QS.Al-Alaq ayat 1 yang berarti
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang menciptakan” itu terkandung bahwa
kita haruslah terus membaca (belajar) sampai kapanpun, sampai akhir usia yang
diberikan Alloh SWT kepada kita semua.
Untuk itu, selain kita belajar ilmu
dunia seperti fisika, matematika, sejarah dan yang lainnya, tentunya kita wajib
belajar ilmu agama, tentulah belajar agama Islam, agama yang “rahmatan lil
‘alamin”. Kita belajar tidaklah harus ditempat belajar seperti dalam kelas,
dimana pun kita berada disitulah kita dapat belajar. Selain kita belajar di
dalam ruangan tertututp kita juga dapat untuk belajar di luar ruang misalnya
belajar di alam dan lewat alam. Sebab dimana pun kita belajar, tentunya itu
tetap ilmunya Alloh SWT.
Kita mengerti bahwa kita ini belajar di
sekolah negeri bukanlah di sekolah agama, tentunya kita tahu bahwa prioritas
kita belajar ilmu dunia. Tetapi tak dapat dipungkiri kita perlu yang nemanya
ilmu akhirat (agama) karena ruhani kita juga perlu disiram dengan ilmu agama.
Maka di sekolah negeri atau umum ini pastilah porsi untuk belajar agama lebih
minim dibandingkan di sekolah pesantren atau sekolah-sekolah islam terpadu
lainnya.
Dari kurangnya porsi pemberian ilmu
pengetahuan agama di sekolah umum , maka muncullah pemberiaan ilmu agama di
luar jam pelajaran sekolah yang diberikan guru agama ataupun yang lainnya yang
disebut mentoring. Tak hanya di sekolah umum saja, mentoring ini ada bahkan merambah
ke dalam skala universitas. Tetapi pastinya untuk skala Universitas cara dan
metodenya sedikit berbeda.
Di Universitas kita tercinta,
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) pun tak mau ketinggalan, tetapi
pastilah namanya berbeda. Mentoring di UNS dinamakan AAI yang memiliki
kepanjangan Asistensi Agama Islam. Sesuai namanya, AAI ini bertugas untuk
memberi bimbingan ataupun tambahan agama islam melalui asisten yang berasal dari
mahasiswa UNS sendiri.
Dalam AAI ini kita biasa mengenal ‘Duduk
Melingkar’ karena posisi wajib kita saat ber-AAI ria adalah melingkar, yang dimaksudkan
agar tali ukhuwah kita tak akan terputus. Dalam AAI tentunya ada mentoring seperti biasa dan ada
kegiatan-kegiatan lain yang sangat menarik. Kegiatan-kegiatan itu seperti tempat
ber-AAI yang sering bepindah-pindah sehingga kita tak akan bosan, ada outbond
ceria dan ada juga futsal bersama. Dan tak kalah pentingnya, ternyata kegiatan
AAI yang menyenangkan ini dimasukkan dalam nilai agama islam, tentulah itu
dapat menambah semangat kita dalam ber-AAI.
Dalam AAI ini, saya dan keenam kawan
saya masuk ke dalam kelompok AAI yang diasisteni oleh mas Septian Bayu Nugraha,
Beliau adalah Ketum SKI FKIP UNS tahun 2012. Saya telah mengikuti AAI ini lebih
dari satu semester dan saya sangat bahagia masuk dalam kelompok ini, karena
dismping asistennya yang sangat familiar dengan saya dan kawan-kawan, teman-teman
saya pun sangat bersemangat mengikuti AAI ini sehingga saya pun ikut
bersemangat. Sampai saat ini pun sayadan kawan-kawan selalu mengikuti AAI ini
dengan tertib, tak pernah absen mengikuti kegiatan AAI ini. Dengan demikian
kami ini sangat kompak.
Dalam segala kegiatan pastilah
diharapkan memberikan efek yang positif bagi yang mengikutinya, begitu pula
dengan kegiatan di AAI ini, AAI ini juga berupaya untuk memberikan efek positif
bagi yang mengikutinya termasuk saya. Walaupun saya waktu di SMA juga pernah
mengikuti kegiatan mentoring, tetapi kegiatan AAI disini berbeda, sehingga
efeknya pun berbeda. Di sini saya bersemangat mengikuti kegiatan AAI ini ,
tidak seperti di saya di SMA yang malas-malasan mengikuti mentoring.
Selain itu, perubahan yang saya rasakan
diantaranya saya senang menghafalkan Al-Quran, hal yang tak pernah saya lakukan
di SMP dan SMA, dan hasilnya cukup memuaskan, hafalan saya bertambah, walaupun jika
dibandingkan dengan orang lain tetap saja sedikit tetapi itu sangat berarti
bagi saya. Efek lain dari saya menghafal Al-Quran adalah sholat sunnah saya
bertambah, sebab hafalan surat saya, saya praktekkan dalam sholat sunnah.
Dari segi sikap, yang berubah dari diri
saya adalah saya lebih mampu dalam menahan kemarahan saya, dulu setiap kali
saya lelah saya sangat mudah tersulut emosi dan terkadang adik saya yang menjadi
korban. Saat ini walaupun terkadang sifat pemarah saya masih keluar kadang-kadang
tetapi saya merasa sudah tidak meluap-luap seperti dulu dan saya pun sudah
tidak lagi melampiaskan kemarahan saya kepada orang lain termasuk adik saya.
Mungkin hanya sedikit perubahan dari
dalm diri saya, tetapi bagi saya pribadi itu sudah sangat berarti. Dan saya
berharap masih bisa istiqomah di AAI ini. Dan saya sangat mengharapkan AAI ini
dapat merubah saya ke dalam hal yang lebih positif melalui perantara para
asiitennya. Semoga Kebaikan para asisten yang telah sudi membimbing saya dan
kawan-kawan mendapat imbalan yang lebih dari Alloh SWT.Amiin.
0 komentar:
Posting Komentar